Bagaimana Islam Memaknai Cinta?
Islam Agama Cinta
Islam adalah agama cinta kasih yang mengajarkan kasih sayang kepada semua makhluq Allah SWT. Bahkan kepada hewan sekalipun, Islam telah memerintahkan kita berbagi kasih. Sebab syariah Islam itu hakikatnya adalah rahmat (kasih sayang) untuk alam semesta.
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam. (QS Al-Anbiya': 107)
Dan seorang anak manusia bila mencintai lawan jenisnya, itupun bagian dari cinta yang merupakan karunia Allah SWT dan telah diberikan-Nya kepada kita untuk disyukuri. Sebab memang demikianlah Allah SWT ciptakan manusia dengan dilengkapi rasa cinta.
Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (QS Ali Imran: 14)
Cinta Itu Tidak Buta dan Berbeda dengan Nafsu
Namun cinta yang dibenarkan dalam Islam adalah cinta yang murni datang dari nurani dan pada hakikatnya merupakan pemberian dari Allah SWT, bukan cinta yang datang dari sekedar nafsu rendah, apalagi nafsu birahi. Karena itu bukan cinta melainkan nafsu hewani. Keduanya tidak sama dan tidak pernah bisa disandingkan.
Selain itu, logika cinta dalam Islam itu sangat masuk akal dan fithrah. Ketika kita mencintai seseorang, maka kita tahu bahwa cinta itu datang dari Allah, bukan dari syetan. Maka juga wajar bila orang yang kita cintai itu pun idealnya mencintai kita dengan cinta yang datang dari Allah juga, bukan dari syetan.
Maka sebagai dua sejoli yang saling mencinta karena diberikan cinta dari Allah, amat sangat wajarlah bila keduanya bukan semata-mata melaksanakan cinta begitu saja, namun keduanya juga berada dalam cinta kepada Allah dan Allah cinta kepada mereka. Jadi ada cinta timbal balik antara mereka berdua dengan Allah sebagai pemberi cinta itu sendiri.
Inilah cinta sejati yang merupakan nilai yang tak ternilai harganya. Dan untuk itu, maka cinta itu menjadi bernilai tinggi, sehingga layak untuk berkurban atas nama cinta. Sebab cinta yang demikian jauh melebihi nilai-nilai cinta duniawi yang umumnya sulit dibedakan dengan nafsu hewaniyah.
Saling Mencinta dalam Cinta Kepada Allah SWT
Ketika kita berbicara tentang cinta sejati antara sepasang anak manusia, maka hal itu hanya benar-benar terjadi manakala antara kedua sudah tidak ada halangan apapun, sebab keduanya sudah pasrah dan disatukan dalam sebuah ikatan yang teramat kuat.
Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS An-Nisa: 21)
Ikatan itu bukan sekedar janji berdua, melainkan melibatkan tuhan di dalamnya dan juga orang-orang terdekat mereka. Ikatan itu tidak lain adalah ikatan pernikahan. Sebab ikatan itu adalah sebuah jalinan cinta kasih yang teramat kuat, sakral, bermakna dan tentu saja diakui oleh semua orang. Sedangkan ikatan cinta dan janji antara dua sejoli yang belum sampai kepada titik nikah adalah sesuatu yang sama sekali belum teruji, lebih cenderung hanya penampakan luar, tidak ada jaminan ikatan yang kuat dan lebih sering berakhir dengan kekecewaan.
Kita memang sering membaca roman semacam Romeo dan Juliet yang rela berkorban demi kekasihnya. Tetapi ketahuilah bahwa itu hanya ada di dalam fiksi buatan manusia. Sedangkan ikatan cinta sejati adalah ikatan yang menenteramkan dan wujud kasih sayang dalam arti yang sesungguhnya.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi um yang berfikir. (QS Ar-Ruum: 21)
0 komentar:
Posting Komentar
Jazakumullah Mau datang...:D